Monthly Archives: Februari 2011

Psikotes bukan UAN..!!!

Suka BETE deh kalo ada yang nanya.. “Tri..kalo di tes gambar pohon, aku harus gambar pohon kayak gimana? Bsk aku ada psikotes, pengen lulus psikotesnya biar keterima kerja” atau sama yang bilang “Tri..minta soal psikotes lah, mau saya pelajari di rumah biar bsk bisa ngerjain soalnya, biar lulus”

Hellloooooo…

Psikotes itu bukan kayak UAN yang ada istilah LULUS atau TIDAK LULUS kaliiiiiii…!!!!

Kayaknya paradigma masyarakat tentang psikotes tuh harus dibenahi deh. Masa ada acara pengen lulus psikotes sihhh..bukan kayak gitu istilahnya teman-teman.huhu

Psikotes itu hanya salah serangkaian alat tes psikologi yang secara garis besar hanya sekedar ingin melihat KARAKTERISTIK seseorang. Bukan kayak soal-soal UAN yang harus dijawab BENAR dan ada norma lulus atau tidak lulus nya. Karena pada dasarnya tiap orang mampu mengerjakan soal-soal psikotes bahkan TANPA LATIHAN sekalipun, karena tujuan dari psikotes itu sendiri emang hanya ingin melihat yang dites itu orangnya kayak gimana sih?Just it, that’s all.

Mungkin ada beberapa tes yang emang tujuannya pengen liat intelligensi seseorang, dan bentuk soalnya emang menganut sistem benar salah, tapi kan nanti di akhir saat keluar angka IQ nya..yang punya IQ 80 kan BUKAN berarti SALAH dan yang IQ nya 120 baru dikatakan BENAR. ENGGAK!!! Gak kayak gituuuuu..

Psikotes hanya ingin melihat bagaimana sih sebenarnya karakter seseorang yang mengikuti psikotes itu. Hanya itu.

Biar penjelasannya gak belibet, saya coba jelaskan dalam beberapa point, berikut hal-hal yang nampaknya perlu dibenahi dalam paradigma temen-temen semua mengenai psikotes itu sendiri, cekidot.

1. Psikotes tidak menganut sistem Lulus atau Tidak Lulus

Berbeda dengan UAN dengan standar kelulusannya, Psikotes tidak menganut hal semacam itu. Suka gerah deh kalo ada yang bilang kalo “Saya gak keterima kerja karena gak lulus Psikotes”. Aduuhhh bukan kayak gitu istilahnya teman-teman. Seperti yang telah diinformasikan sebelumnya bahwa psikotes itu sebagian besar hanya ingin melihat gimana sih karakteristik teman-teman itu sebenarnya. Psikotes mengungkap motivasi, produktivitas kerja, emosi, kepribadian ekstovert atau introvert, empati, dll lah banyak. Nah jadi gak ada istilah lulus atau gak lulus yah.

Untuk menjawab pernyataan “Aku gak keterima kerja karena gak lulus psikotes” (whew..). Menurut pemahamanku sih seperti ini, saat sebuah perusahaan membutuhkan karyawan yang ‘kuat’ nampang depan komputer seharian, dan kebetulan saat ada seseorang yang di psikotes itu ternyata orangnya gak bisa kerja di kantor, harus di lapangan, misalnya. Nah..otomatis kan perusahaan tersebut tidak akan menerima karyawan yang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan perusahaan, iya toh? Makanya orang tersebut tidak masuk ke dalam orang-orang yang dijadikan kandidat untuk bisa diterima di perusahaan tersebut. Sekarang bayangin deh, jika perusahaan menampikkan hasil psikotes dengan menerima orang tersebut menjadi karyawannya,yakin bakal bener gitu pekerjaan yang dilakukan orang tersebut? atau si pelamar keukeuh pengen bisa keterima kerja di perusahaan itu dengan karakternya yang demikian, yakin bakal betah gitu kerja nya???Enggak lah..!! Karena pekerjaan itu gak dia banget!!halah

Sehingga sebenarnya tidak ada istilah “Saya tidak lulus psikotes”, karena psikotes tidak menganut pengertian lulus atau tidak lulus.

2. Psikotes gak bisa dimanipulasi

Bete ah kalo ada yang nanya “Saya harus gambar apa di tes gambar pohon, tri?”, biasanya saya menjawab “Ya terserah kamu lah mau gambar pohon kayak gimana, suka suka kamu”. Atau ada yang bilang “Minta soal psikotes lah tri, mau saya pelajari di rumah”, nah yang ini ngarang namanya, biasanya aku tanggapi dengan bilang “Bukannya gak mau ngasih, tapi da emang gak punya soalnya, heu”. “Katanya aku harus gambar kayak gini yah (ia menyebutkan bentuk sebuah gambar) kalo pas gambar pohon?” aaahhhhhh..keseeelll..ngegambarnya suka-suka kamu aja kaliiii.

Kenapa sih harus menjadi seperti yang diinterpretasikan ‘bagus’ menurut hasil psikotes??? Kenapa pengen diterima kerja dengan memanipulasi data psikotes??? Be yourself aja kali! Perusahaan gak akan ‘membuang’ pelamar koq kalo emang orang itu yang dicari perusahaan. Yang parah adalah terkadang para pelamar sibuk memanipulasi data berdasarkan hawar-hawar yang didengarnya, bahwa pada tes gambar pohon misalnya, gambar pohonnya harus bla bla bla. Atau saat psikotes malah nyontek ke temen sebelahnya pengen jawabannya benar, aduuu parah. Psikotes itu gak bisa dimanipulasi hey!! Saat seseorang memanipulasi di salah satu alat tes, seolah ia adalah seseorang yang ‘baik’ menurut interpretasi tersebut pada umumnya, ‘kebusukannya’ akan terbongkar di alat tes yang lain. Psikotes merupakan serangkaian alat tes dengan berbagai macam interpretasi yang diintegrasikan sehingga membetuk kesimpulan tentang karakteristik seseorang. Sehingga saat data satu dengan data lainnya berbeda, tester apalagi psikolog akan tau tes mana yang dimanipulasi orang yang mengikuti psikotes tersebut. So..Just be Yourself!! n_nv. Rejeki mah gak akan kemana lah, kalo seandainya temen-temen gak keterima kerja di suatu perusahaan, yakinlah bahwa akan ada perusahaan yang lebih baik dengan pekerjaan yang temen-temen banget yang akan menerima temen-temen jadi karyawannya,hhe. SemangkA!!!

3. Jangan 100% percaya pada hasil psikotes

Kadang suka ada yang sampai desperate karena mengetahui bahwa IQ nya dibawah rata-rata. Haduuuu.. Jangan 100% percaya pada hasil tes deh. I told you. Kenapa? Karena banyak hal yang terlibat disana. Bisa jadi testee (yang mengikuti psikotes) itu sedang sakit, sehingga tidak maksimal saat mengerjakan soal, atau bisa jadi sedang ada faktor ‘X’ yang sedang dipikirkan sehingga tidak fokus sehingga tidak tepat menjawab soal, atau testee mengantuk saat psikotes sehingga tidak mengikuti petunjuk dengan benar. Ah banyak faktor laaahh.. Sehingga hasil psikotes sebaiknya jangan dijadikan panutan, justru jadikan hasil psikotes tersebut sebagai motivasi eksternal untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Percuma juga kalo IQ nya ternyata di atas rata-rata tapi orangnya malas, sehingga potensi yang seharusnya bisa dioptimalkan tapi tidak dipergunakan dengan baik. Lebih mending seseorang yang IQ nya rendah tapi selalu mau berusaha dan terus belajar.hhe. Jadi, jangan percaya-percaya teuing sama hasil psikotes,karena banyak faktor yang terlibat didalamnya,n_n

Mudah-mudahan paradigma masyarakat tentang psikotes dapat berubah sedikit demi sedikit dengan adanya penjelasan semacam ini. Bakal jadi PR yang lumayan berat bagi para akademisi di psikologi untuk membenahi paradigma tentang banyak hal di psikologi. Saya akan coba kemukakan tentang paradigma tidak tepat yang lainnya yang dianut masyarakat tentang psikologi, yang sedikitnya akan coba saya luruskan dalam artikel selanjutnya. Insya Allah, n_nv

2 Komentar

Filed under Uncategorized