Monthly Archives: November 2011

Jagalah..

Tulisan sebelumnya, aku membahasa bahwa tanpa disadari kita sering “mengambil jarak” dengan seseorang. Tak dapat dicegah bahwa terkadang, hubungan yang telah terjalin, lalu di”guncang” suatu masalah, mengakibatkan hubungan yang tidak baik pada akhirnya- setelah proses “mengambil jarak” tersebut. Tentu saja, layaknya sebuah cangkir yang pecah, walaupun bisa direkatkan kembali, tetap tidak menghasilkan cangkir yang sama bukan? Sama halnya dengan sebuah hubungan Apapun itu. Saat semuanya berjalan dengan tidak seharusnya dan membuat seseorang tidak nyaman dan zona amannya terusik, maka layaknya manusia yang memiliki sisi agresi dalam dirinya, akan “berontak” menghindari ketidaknyamanan tersebut. Lalu siapa yang salah ketika suatu hubungan sudah tidak dapat dipertahankan kembali? Jelas tidak ada. Aku percaya bahwa tiap orang punya “waktu” tersendiri untuk berhubungan dengan orang lain, punya rezekinya  masing-masing untuk menjalin suatu hubungan dengan orang lain. Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Well, mengingat bahwa kalimat “kita punya jatah waktu tertentu dalam menjalani hubungan” maka itu berarti kita harus melakukan yang terbaik seolah hubungan itu akan berakhir besok, entah karena jodoh kita untuk bersama-sama dengannya telah habis, atau bisa jadi kita dipanggil oleh Allah. Sehingga, kata “lakukan yang terbaik”, “jagalah hubungan yang dimiliki”, “menjaga hubungan baik” menjadi sesuatu yang bisa kita lakukan, mulai saat ini!

Seperti yang aku katakan tadi bahwa ketika suatu hubungan berakhir, maka tak ada yang salah. Persepsikan bahwa memang waktu kita telah habis dengannya. Maka, janganlah sampai hubungan yang pernaah terjalin dengan baik-baik itu berakhir dengan tidak baik. Aku percaya bahwa segala sesuatu yang dimulai dengan baik-baik, harus diakhiri dengan baik-baik pula. Sama seperti sebuah hubungan sahabat yang menurun menjadi hanya teman saja setelah proses ketidaknyamanan dan ketidakcocokan yang terjadi, maka tak bijak jika hubungan yang pernah terjalin itu menjadi sebuah permusuhan yang berkepanjangan. Mari kita tengok  masa lalu, dimana kita senantiasa selalu tertawa bersama dalam sebuah momen yang pernah membuat kita bahagia. Dimana semuanya berjalan begitu saja tanpa kita ketahui apa yang akan terjadi di depan dan ternyata kebersamaan itu telah berakhir. Maka, syukurilah..karena kita pernah memiliki separuh hidup yang kita miliki untuk bisa bercanda tawa dengannya pada masanya. Tak bijak jika berubah menjadi sebuah permusuhan.

Maka dari itu, jagalah hubungan baik.. (Argo Leowelgi)

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

Bukan Manfaatkanlah..tapi Saling Memberi Manfaat..

Hubungan dengan sahabat itu bukan Hubungan Komensalisme, yakni sebuah hubungan dengan hanya salah satu pihak saja yang mendapat keuntungan dan pihak yang lainnya tidak mendapatkan apapun. Bukan juga Hubungan Parasitisme, yakni sebuah hubungan dengan salah satu pihak yang mendapat keuntungan sementara pihak lain mendapatkan kerugian. Jika hal tersebut diterapkan dalam sebuah hubungan bernama Persahabatan, maka hubungan komensalisme berarti hanya salah satu pihak yang merasakan manfaat dari hubungan tersebut sementara pihak lainnya merasa biasa saja, lalu hubungan parasitisme berarti satu pihak yang justru memanfaatkan pihak lainnya sehingga pihak tersebut merasa tidak nyaman dan merasa rugi dalam segala hal.

Sehingga, sebuah hubungan itu harusnya memiliki Hubungan Simbiosis Mutualisme, dimana sebuah hubungan dimana kedua pihak mendapatkan keuntungan satu sama lain. “Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain” (Sabda Rasulullah SAW). Bukan malah saat kita memiliki sahabat maka kita harus memanfaatkannya, bukan, itu persepsi yang salah. Kita justru harus senantiasa saling memberikan manfaat. Jelas kedua kata ini berbeda. Memanfaatkan dan Saling Memberi Manfaat memiliki perbedaan makna yang bertolak belakang.

Memanfaatkan berarti satu pihak meraup keuntungan dari hubungan yang ada, eksploitasi terjadi dimana hanya ada satu pihak yang selalu ingin dimengerti dan tidak mau mengerti orang lain. Hanya menerima tidak mau memberi (sama seperti Hubungan Parasitisme tadi). Sementara saling memberi manfaat memiliki arti bahwa keduanya sama-sama saling memberi, berbagi, baik suka cita maupun duka lara. Semuanya saling mengerti dan memahami kebutuhan, kepentingan, keinginan satu sama lain. Jelas ini sulit, tapi lebih baik memberi daripada harus selalu menerima. Minimal berusaha untuk bisa memberi untuk orang lain, bukan hanya materi.

Sehingga, bukan manfaatkanlah, tapi Saling Memberi Manfaat.

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

You Know Me So Well..

Jadi inget sama lagunya siapaaaa gitu kalo ngedenger kalimat “You Know Me So Well” yang jadi judul di tulisan kali ini.hhe

Terlepas dari lagu itu, kalimat ini mengandung arti yang dalam, at least dalam pikiranku.

Siapa yang paling memahami kita? Orang tua? hemm belum tentu, Saudara kandung? bisa jadi, tapi, semua orang berpotensi menjadi orang yang paling memahami kita.

Dalam hal ini, aku memaknai kalimat “you know me so well” sebagai SAHABAT.

Aku cerita sedikit.

Hari itu sahabatku berkata bahwa ia tidak akan masuk kuliah selama seminggu. Saat aku bertanya kenapa? Ia hanya menjawab ingin sejenak hengkang dari kepenatan kuliah. Aku heran. Pertama, aku mengenalnya sebagai seseorang yang care dengan akademik. Ia termasuk seseorang yang memiliki need achievement yang tinggi. Ketika sakit pun ia memaksakan untuk masuk kuliah. Katanya, selama ia masih bisa berdiri, ia akan pergi kuliah. Ini sangat kontras dengan niatnya untuk tidak kuliah selama satu minggu tersebut. Aku bertanya-tanya. Mengapa orang sepertinya yang begitu mementingkan kuliah memilih untuk mengorbankan kuliahnya begitu saja. Aku tak banyak komentar, aku hanya mengatakan Iya. Aku bertanya apa yang akan dilakukannya selama seminggu tidak kuliah tersebut, ia hanya menjawab “di rumah saja”.

Aku tak bertanya macam-macam lagi. Aku percaya ia akan menceritakan apa yang sedang ia alami saat waktunya tepat. Ternyata ia heran, mengapa aku tak bertanya macam-macam tentang aksi mogok kuliah yang dilakukannya. Karena dengan aku yang tak “menghakiminya” , itu membuatnya tenang. Ia berkata bahwa ia sungkan mengatakan padaku akan melakukan itu, mengingat aku satu tipe dengannya yakni cukup ‘ribut’ kalo udah menyangkut urusan akademik, takut aku marah-marah atau bertanya macam-macam. Tapi justru ia heran dengan sikapku yang tidak bertanya macam-macam dan tidak “menghakimi” seperti yang ia takutkan. Ia bertanya kenapa.

Aku tersenyum. Aku berkata bahwa aku tahu betul ia sangat care dengan urusan akademik. Ketika ia memutuskan bahwa ia tidak akan kuliah selama seminggu, aku yakin bahwa PASTI ada sesuatu. Sesuatu yang aku belum tahu itu apa, tapi PASTI berat untuknya. Pasti ada masalah di lingkungan kuliah yang membuatnya tidak nyaman sehingga mengharuskan ia “mengambil jarak” sejenak dengan masalah tersebut. Membenahi hati untuk kemudian menghadapi masalah tersebut, dan caranya adalah dengan tidak kuliah selama satu  minggu tersebut. Ia menangis. Ia berkata bahwa yaa memang ada ‘sesuatu’ seperti yang aku kira. Ia terharu, bahwa ternyata aku memahaminya.

Cerita lainnya..

Aku mengirim sms dengan no baru pada sahabatku itu. Aku berkata bahwa sementara ini aku memakai no baru tersebut, dengan alasan ada yang neror. Ia mengatakan iya, tanpa banyak bertanya. Tak seperti lainnya yang agak mencemooh bahwa orang lain yang “menggangguku”, malah aku yang sibuk sampe ganti no segala. Ada yang bahkan bilang bahwa aku tidak dewasa dengan langsung ganti no seperti itu, seperti lari dari masalah. Sementara sahabatku, hanya berkata iya, tanpa bertanya macam-macam, justru ia mendoakan agar tujuanku sampe melakukan hal itu bisa tercapai. Aku berterima kasih padanya karena secara tidak langsung mendukungku dengan bersikap demikian. Aku pun penasaran, sementara yang lain berkomentar macam-macam, ia hanya tenang menanggapi apa yang aku lakukan. Aku tanya kenapa.

Ia berkata, dalam sms nya. “Aku tau kamu orang yang gak pernah ganti-ganti no. Sudah bertahun-tahun kamu pake no itu, hanya satu no itu. Sampai suatu ketika no kamu hilang pun, kamu sengaja pergi k CS nya untuk meminta dibuatkan kembali simcard dengan no yang sama. Tidak pernah ada alasan yang cukup kuat dan logis sehingga kamu harus mengganti no, sampai saat ini. Aku yakin, pasti ada sesuatu sehingga memaksa kamu buat ganti no segala. Dan aku tau pasti itu sangat membuat kamu tidak nyaman sehingga harus mengambil keputusan seberat ini-dengan karakter kamu yang demikian-sepengetahuanku”.

Aku hampir menangis, terharu. Tak butuh banyak kata. Orang yang memahami kita, akan mengerti kita bagaimanapun keadaannya. Semua keputusan yang dianggap orang lain tidak masuk akal, menjadi sangat rasional dimata kita-orang yang memahaminya.

You know me so well, sahabatku.

1 Komentar

Filed under Uncategorized