Tulisan sebelumnya, aku membahasa bahwa tanpa disadari kita sering “mengambil jarak” dengan seseorang. Tak dapat dicegah bahwa terkadang, hubungan yang telah terjalin, lalu di”guncang” suatu masalah, mengakibatkan hubungan yang tidak baik pada akhirnya- setelah proses “mengambil jarak” tersebut. Tentu saja, layaknya sebuah cangkir yang pecah, walaupun bisa direkatkan kembali, tetap tidak menghasilkan cangkir yang sama bukan? Sama halnya dengan sebuah hubungan Apapun itu. Saat semuanya berjalan dengan tidak seharusnya dan membuat seseorang tidak nyaman dan zona amannya terusik, maka layaknya manusia yang memiliki sisi agresi dalam dirinya, akan “berontak” menghindari ketidaknyamanan tersebut. Lalu siapa yang salah ketika suatu hubungan sudah tidak dapat dipertahankan kembali? Jelas tidak ada. Aku percaya bahwa tiap orang punya “waktu” tersendiri untuk berhubungan dengan orang lain, punya rezekinya masing-masing untuk menjalin suatu hubungan dengan orang lain. Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Well, mengingat bahwa kalimat “kita punya jatah waktu tertentu dalam menjalani hubungan” maka itu berarti kita harus melakukan yang terbaik seolah hubungan itu akan berakhir besok, entah karena jodoh kita untuk bersama-sama dengannya telah habis, atau bisa jadi kita dipanggil oleh Allah. Sehingga, kata “lakukan yang terbaik”, “jagalah hubungan yang dimiliki”, “menjaga hubungan baik” menjadi sesuatu yang bisa kita lakukan, mulai saat ini!
Seperti yang aku katakan tadi bahwa ketika suatu hubungan berakhir, maka tak ada yang salah. Persepsikan bahwa memang waktu kita telah habis dengannya. Maka, janganlah sampai hubungan yang pernaah terjalin dengan baik-baik itu berakhir dengan tidak baik. Aku percaya bahwa segala sesuatu yang dimulai dengan baik-baik, harus diakhiri dengan baik-baik pula. Sama seperti sebuah hubungan sahabat yang menurun menjadi hanya teman saja setelah proses ketidaknyamanan dan ketidakcocokan yang terjadi, maka tak bijak jika hubungan yang pernah terjalin itu menjadi sebuah permusuhan yang berkepanjangan. Mari kita tengok masa lalu, dimana kita senantiasa selalu tertawa bersama dalam sebuah momen yang pernah membuat kita bahagia. Dimana semuanya berjalan begitu saja tanpa kita ketahui apa yang akan terjadi di depan dan ternyata kebersamaan itu telah berakhir. Maka, syukurilah..karena kita pernah memiliki separuh hidup yang kita miliki untuk bisa bercanda tawa dengannya pada masanya. Tak bijak jika berubah menjadi sebuah permusuhan.
Maka dari itu, jagalah hubungan baik.. (Argo Leowelgi)